Kenapa Ibu Tidak Seperti Mereka?
Kenapa Bu? Begitu tanya puteri saya. Entah ada angin apa, hari ini dia gemes banget melihat saya, ibunya pagi-pagi sudah ngoprek di dapur lagi. Seperti hari libur biasanya, salah satu hobi saya adalah membuat kudapan favorit anak-anak. Kali ini saya membuat Chinese siomay yang ketiga kalinya.
Maklumlah. 3 minggu lalu, siomay buatan pertama boleh dibilang gagal. Belum seenak yang saya inginkan. He he he.. Seminggu lalu, siomay praktek kedua hasilnya belum bisa dibanggakan. Masih biasa, belum maknyus. He he he…(gagal kok bangga, ya). Nah, karena masih penasaran, kali ini saya belajar membuat siomay lagi.
Saking pinginnya berhasil membuat siomay idaman nih, seusai sholat subuh bersama suami tercinta di masjid dekat rumah, saya langsung menyerbu dapur kesayangan. Puteri saya yang melihat ibunya sudah sibuk pagi-pagi di dapur, langsung berseloroh,”Ibu mau buat apalagi sih hari ini? Sibuk amat.”
Baca Juga : Melakukan Sesuatu Dengan Hati, Pentingkah?
Sambil tersenyum, saya memberinya kode dengan menunjukkan selembar kulit siomay. Sontak ia tersenyum gembira begitu tahu ibunya membuat siomay favoritnya.
“Tapi, awas ya Bu, jangan capek-capek. Adik nggak mau Ibu kecapekan,” lanjutnya.
Selesai membuat siomay, seperti biasa, bibi, asisten kesayangan di rumah mulai memanaskannya di atas kompor. Beberapa menit kemudian, tara….. siomay pun sudah siap dihidangkan.
Aromanya….wuzzzz sedap nian deh. Tiada duanya (he he he… muji sendiri nih). Dengan sigapnya puteri saya mengambil beberapa siomay yang masih nampak mengepul itu. Dengan sabarnya, ia potong kecil-kecil lalu disiramnya dengan saos sambal buatan.
Sementara saya, yang tidak bisa diam saja di rumah, segera meraih remote TV, membuka saluran Youtube dengan musik relaksasi. Kemudian hap… mulailah beryoga ria.
Tiba-tiba…..
Ibuuuuuu… enak banget siomaynya. Adik suka banget. Makasih ya Bu.
Dipeluknya saya seketika, seolah tak peduli ibunya sedang berolah raga.
Nyesssss. Hati saya maknyesss. Mendapatkan pelukan hangat puteri tercinta di pagi hari dan melihatnya lahap menyantap siomay buatan ibunya ini, rasanya sesuatu banget.
Sungguh. Bahagia betul hati ini. Terbayar sudah rasa penasaran saya karena telah berhasil membuat Chinese siomay kesukaan.
Baca Juga : Inilah 3 Rahasia Selalu Semangat Dalam Bekerja
Di tengah rasa bahagia ini, sebuah pertanyaan telah menghentak hati saya. Pertanyaan yang tidak saya duga, dari seorang puteri kelas 2 SMA.
“Bu. Aku tahu Ibu ingin banget bisa menyenangkan hati adik, kakak, ayah. Adik tahu Ibu selalu berusaha membuat makanan kesukaan adik, kakak dan ayah. Tapi aku sedih kalau melihat Ibu kecapekan.”
Masya Allah, mendengar ungkapan puteri saya ini, saya tersenyum bahagia. Bersyukur tiada henti melihat cara berpikirnya yang dewasa.
“Kenapa Ibu tidak seperti yang lain? Kenapa harus menggunakan waktu libur untuk masakin kita di rumah? Kapan Ibu punya waktu untuk diri sendiri? Kapan Ibu seperti yang lain, jalan-jalan bersama teman-temannya? Ibu kan butuh ‘me’ time, waktu untuk bisa nyenengin Ibu sendiri?”
Jleb. Jantung saya makjleb. Hati saya langsung deg-degan mendengar ungkapannya. Dan… ya Tuhan mata saya mulai berbinar… setetes air mata telah menyambut di pelupuk mata.
Sambil memeluknya balik erat-erat, saya bisikkan kata-kata ajaib untuk puteri saya
“Sayang, kamu tahu nggak sih. Me time-nya Ibu itu mencoba menu baru plus masak makanan kesukaan adik, kakak & ayah. Berkebun di teras depan dan belakang rumah. Jalan-jalan dengan adik, kakak dan ayah. Juga bertemu dengan Mbah Uti tercinta.”
Mendengar jawaban saya ini, puteri saya langsung memeluk saya kembali sembari mencium pipi saya. “Makasih banget, ya Bu,” bisiknya dengan penuh hangat.
Suka artikel inspiratif Ainy? Ingin topik anda dibahas di sini? Tulis topik yang anda inginkan di kolom komentar ini, ya.
Artikelnya sesuai banget sama saya sehari-hari, jadi terinspirasi deh
Alhamdulillah. Makasih banget Mbak Sienna 😉
Ini bahasannya ibu-ibu jaman now banget, hihii….
He he he, makasih banget Mbakku Putri 😉